Iklan

iklan

pasang

Selasa, 19 Agustus 2014

Tentang Tegaldlimo, Banyuwangi

Tegaldlimo, Banyuwangi

Tulisan ini sengaja saya copas dari Wikipedia untuk jadi koleksi mengenai semua kecamatan di banyuwangi untuk koleksi pribadiku di blogku ini.
Tegaldlimo'' adalah sebuah kecamatan di Kabupaten BanyuwangiProvinsi Jawa TimurIndonesia. Tegaldlimo juga merupakan sebutan untuk desa dan sebutan untuk kecamatan.
Asal-Usun Kecamatan:Perwakilan atau Kecamatan Tegaldlimo didirikan pada tahun 1942. Kemantren didirikan atas mufakat  5 desa dipimpin olehseorang mantri polisi bernama Wiryo Adjmojo sampai tahun 1949. Sekitar tahun 1947 bangsa Belanda melaksanakan pemerintahan di kemantren kecamatan tegaldlimo tersebut, Maka oleh rakyat tegaldlimo yang dipimpin oleh Bapak Wiryo Adjmojo pada tahun 1947-1948. Dibubarkan pada tahun 1948, didirikan lagi pada tahun 1949 yang berwujud sebuah kemantren yang dipimpin oleh bapak Wiryo Adjmojo sampai tahun 1949 di bawah pimpinan wilayah Kecamatan Purwoharjo yang selanjutnya menjadi kemantren yang dipimpin oleh:
'-  Tahun 1946 - 1949 Dipimpin oleh Bapak R.Prabaseno.'
'-  Tahun 1949 - 1952 Dipimpin oleh Bapak M. Ngabei.'
'-  Tahun 1954 - 1954 Dipimpin oleh Bapak Suwarno.'
'-  Tahun 1954 - 1956 Dipimpin oleh Bapak R. Suwarno.'
'-  Tahun 1956 - 1956 Dipimpin oleh Bapak M. Margono.'
'-  Tahun 1965 - 1968 Dipimpin oleh Bapak R.Sungkono.'
'Karena dengan luas wilayah serta banyaknya penduduk maka Pemerintah mengambil kebijaksanaan meningkatkan status Kemantren menjadi Kecamatan Tegaldlimo yang dulu terdiri dari 7 desa dan sekarang menjadi 9 desa antara lain:'
'1.  Desa Purwoasri'
'2.  Desa Kendalrejo'
'3.  Desa Kedungwungu'
'4.  Desa Tegaldlimo'
'5.  Desa Kedungasri'
'6.  Desa wringinpitu'
'7.  Desa Kedunggebang'
'8.  Desa Purwoagung'
'9.  Desa Kalipait'
'Kantor Kecamatan didirikan diatas tanah BONDO DESO berturut turut dipimpin oleh:-  Bapak Sumuharjo tahun 1968 - 1970'
'-  Bapak M. Jamilun tahun 1970 - 1973'
'-  Bapak Modo tahun 1973 - 1978'
'Kemudian pada tahun 1978 Kantor Kecamatan Tegaldlimo dipimpin oleh:'
'-  Sutejo tahun 1978 - 1980'
'-  Wim. Armaya tahun 1980 - 1984'
'-  Drs. Sugiarno tahun 1984 - 1986'
'-  Kasim, BA tahun 1986 - 1987'
'-  Drs. Hendrawan Sutopo tahun 1987 - 1981'
'-  Drs. Sugiharto tahun 1981 - 1993'
'-  Pustrali Sembiring, SH tahun 1993 - 1996'
'    -  Timbul Basuki, BA tahun 1996 - 1997'
'    -  Drs. Abin Hidayat tahun 1997 - 1999'
'    -  Puji Utomo, SH tahun 1999 - 2003'
'    -  Suyitno tahun 2003 - 2004'
'    -  Suryanto, S.Sos.MM tahun 2004 - 2007'
'    -  M. Junaidi,SH.M tahun 2007 - 2010'
'    -  Megawan Mashari, S.Sos tahun 2010 - 2011'
'    -  Drs. Ahmad Laini, M.si tahun 2011 – sekarang'
''Wilayah Administrasi Kecamatan :''
''    Nama Kecamatan    : Kecamatan Tegaldlimo''
'          Alamat                                : Jln. Koptu Ruswadi No. 12'
'         Titik Koordinat                    : 114ᵒ 20’-114ᵒ 36’ BT 08ᵒ 25-08 47' LS'
'         Luas Wilayah (Ha)              : 7680113 ( Ha )'
''Jumlah Desa, Dusun, RW/RT :'
'    Jumlah Desa        : 9   (Sembilan)'
'    Jumlah Dusun      : 26  (Dua Puluh Enam)'
'    Jumlah Rt            : 500 (Lima ratus)'
'    Jumlah Rw          : 57  (Lima Puluh Tujuh'
''ASAL USUL DESA :'''
''1.       Desa Purwoasri
'Desa Purwoasri pada awalnya adalah sebuah Desa hasil pemekaran dari Desa Grajagan yang Kepala Desanya bernama Tirto Samudro.''
Desa Purwoasri asal mulanya sebuah pedukuhan yang diberi nama Tegalsari. Kemudian pada sekitar tahun 1940 atas kesepakatan seluruh Warga maka wilayah yang tadinya bernama Tegalsari dirubah menjadi Desa Purwoasri. Sedangkan yang menjadi Kepala Desa Pertama adalah Bpk. Sujak'.''
'        Nama Purwoasri diambil karena pada Zaman dulu kawasan ini adalah hutan belantara yang masih satu kawasan dengan hutan Purwo yang sangat lebat namun kelihatan indah dan asri, maka jadilah nama PURWOASRI. '''
'          Jumlah Dusun, RW/RT :''''''
'
'Jumlah Nama Dusun : Kalisari'
'                    Tegalsari Lor'
'                    Tegalsari Kidul'
'Jumlah Dusun      : 3  (Tiga)'
'Jumlah Rt         : 37 (Tiga Puluh Tujuh)'
'Jumlah Rw         : 6  (Enam)''''''''''' ''2.       Desa Kendalrejo :''''''''
'    Pada Tahun 1929 – 1930 datanglah sekelompok orang yang berasal dari Jogjakarta dan mintak ijin babat kepada Pemerintah Kolonial Belanda, setelah ijin direstui mereka saling gotong royong membabat Hutan yang banyak ditumbuhi pohon kendal, setelah membabat hutan mereka saling membentuk lahan untuk ditanami berbagai macam tanaman dan juga sebagai tempat tinggal, ,aka Daerah tersebut oleh Petinggi Desa Grajagan diberinama KENDALREJO, karena pada waktu babat hutan bnyak ditumbuhi pohon kendal.'
'  Pada tahun 1933 daerah tersebut masih tergabung dalam lingkup Desa Grajagan dengan Petinggi Desa Bernama Bpk. Tirto Samudro, oleh Petinggi Grajagan diangkatlah seorang Kamituwo Padukuhan Kendalrejo yaitu Bpk. Potro Hardjo. '
'  Pada tahun 1936 padukuhan Kendalrejo menjadi Desa Kendalrejo hasil Pemekaran dari Desa grajagan, dan langsung melaksanakan Pemilihan Petinggi Desa dengan calon sebanyak sembilan (9) calon dan yang terpilih sebagai petinggi Desa yaitu Kamituwo yang bernama : Bpk. Potro Hardjo. '
'  Dengan demikian dapat diasumsikan kuat, bahwa asal usul nama Kendalrejo pada tahun 1930, karena sekelompok orang yang berasal dari Jogjakarta membabat hutan yang banyak ditumbuhi pohon Kendal.'
'  Dan berdirinya Desa Kendalrejo tahun 1936 dengan petinggi Desa barnama : Bpk Potro Hardjo.''
'          Jumlah Dusun, RW/RT :''''''''
'Jumlah Nama Dusun : Kaliagung'
'                    Pandanrejo'
'                    Paluagung'
'Jumlah Dusun      : 3  (Tiga)'
'Jumlah Rt         : 39 (Tiga Puluh Sembilan)'
'Jumlah Rw         : 4  (Empat)''''''''
''3.       Desa Kedungasri :''''''''
''         Pada zaman dahulu sekitar tahun 1915 diwilayah Kabupaten Banyuwangi bagian selatan, tepatnya disebelah barat dataran tinggi Gunung Linggamanis diwilayah Taman Nasional Alas Purwo terdapat sebuah dataran yang banyak digenangi air yang di beri nama Desa Kedungwungu.'
'       Desa kedungwungu memiliki wilayah padukuhan, salah satunya adalah padukuhan yang bernama Dusun Kedungasri. Konon padukuhan tersebut diberi nama Kedungasri karena dahulu didaerah tersebut banyak ditumbuhi tanaman mendong yaitu sejenis tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan tikar, daerah tersebut suasananya sangat teduh serta asri sehingga nyaman untuk tempat beristirahat. Oleh penduduk setempat kemudian dinamakan KEDUNGASRI berasal dari kedung yang berasal dari bahasa jawa berarti genangan air yang cukup luas, dan asri yang berarti teduh, indah dan nyaman. Pada tahun 1969 terjadilah pemecahan Desa Kedungwungu menjadi Desa Kedungasri yang pada saat itu Desa Kedungwungu dipimpin oleh kepala desa yang bernama Bpk. Mukandar.'
'       Pada awal berdirinya Kedungasri, yang ditunjuk sebagai pejabat sementara ( PJS ) kepala desa Kedungasri sampai dengan pelaksanaan pemilihan  kepala desa secara langsung oleh warga Desa Kedungasri adalah babinsa Desa Kedungwungu yaitu Bpk. Bores.''
'      Kemudian pada tahun 1971, untuk pertama kalinya dilaksanakan pemilihan kepala Desa ( Pilkades ) Desa Kedungasri. Sebagai calon tunggal adalah Bpk bores, hingga kemudian terpilih secara resmi dilantek menjadi kepala Desa Kedungasri yang pertama.''
'          Jumlah Dusun, RW/RT :''''''''
'Jumlah Nama Dusun : Dambuntung'
'                    Persen'
'                    Pondokasem'
'Jumlah Dusun      : 3  (Tiga)'
'Jumlah Rt         : 32 (Tiga Puluh dua)'
'Jumlah Rw         : 6  (Enam)''''''''
''4.       Desa Kedungwungu :''
'''''''Pada Zaman dahulu sekitar tahun 1915 diwilayah Kabupaten Banyuwangi bagian selatan tepatnya disebelah barat datarn tinggi gunung lingga manis diwilayah Taman Nasional Alas Purwo terdapat sebuah dataran yang banyak digenangi air salah satunya adalah Desa Kedungwungu, Konon Pedukuhan tersebut dinamakan Kedungwungu karena dahulukala diderah tersebut terdapat Pohon Kepuh yang sangat besar dan rindang sekali dan dibawah pohon tersebut terdapat sebuah kedung yang ada sumber mata airnya dan disekitarnya banyak tumbuh tanaman bunga yang warnanya Wungu, Maka oleh penduduk setempat, tempat tersebut dinamakan Desa Kedungwungu.'''
'Jumlah Dusun, RW/RT :''''''''
'Jumlah Nama Dusun  : Kaliwungu'
Gempol Dampit' Sumberkepuh'
'Jumlah Dusun      : 3  (Tiga)'
'Jumlah Rt         : 56 (Lima Puluh Enam)'
'Jumlah Rw         : 6  (Enam)''
'''''
5. Desa Tegaldlimo :'''''''
''Sekitar Tahun 1915 diwilayah Kabupaten Banyuwangi bagian Selatan sungai setail ± 3 km terdapat dataran rendah dengan luas wilayah 1. 393,035 H /1.093 Km dengan suh udara rata-rata 27° C, ketinggian dari permukaan laut ± 12 m, curah Hujan 1000 - 2000 mm pertahun merupakan hutan belantara dengan pepohonan yang sangat lebat, namun di antara pepohonan yang sangat lebat tersebut banyak ditemukan pohon Delima sehingga dipakai sebagai Julukan/ tetenger Tegaldlimo.''
Sesuai dengan perkembangan Zaman, pada awal terbentuknya Desa tahun 1931 diberinama Desa Tegaldlimo dan yang ditunjuk oleh Masyarakat sebagai Pejabat sementara (PJS) Kepala Desa Tegaldlimo adalah Mangun Diharjo sampai dengan pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa secara langsung oleh warga Desa Tegaldlimo pada tahun 1966.''
'Jumlah Dusun, RW/RT :''
''Jumlah Nama Dusun  : Sumberluhur''
Sumbermulyo'
Sumberdadi'
Sumberrejo'
'Jumlah Dusun      : 4  (Empat)'
'Jumlah Rt         : 65 (Enam Puluh Lima)'
'Jumlah Rw         : 10 (Sepuluh)''''''''
''6.       Desa Wringinpitu :''' Tertulis/terdengar cerita daerah pedesaan yang subur, tumbuhan yang menghijau diatas tanah yang datar ditumbuhi pohon dan semak yang masih lebat, hiduplah sekelopok Masyarakat rukun dan damai meskipun penduduk dalam kehidupan primitif karena disekitar sekelompok Masyarakat tersebut terdapat Tujuh (7) pohon beringin yang sangat lebat, maka dinamakan Desa Wringinpitu begitu orang menyebutnya, Desa wringinpitu lama kelamaan menjadi ramai dengan adanya pendatang yang ingin menetap dan tinggal di desa tersebut, tak kalah lagi Desa Wringinpitu sudah terkenal dikalangan Penduduk atau Desa sekitar bahkan terdengar sampai keluar Kota Kabupaten. Konon cerita didesa ini ada dua (2) Ekor harimau yang berbulu putih dan yang satunya berwarna Hitam dan tempat berlindunganya antara satu dengan yang lain kurang lebih 2 km, anehnya dari kedua mahluk ini tidak pernah mengganggu Masyarakat bahkan sebaliknya terkesan membantu terutama menjaga keamanan diDesa Wringinpitu, maka sampai saat ini tempat kedua mahluk itu diyakini masyarakat sebagai tempat yang dikeramatkan dan setiap ada acara tahunan di Desa Wringinpitu tempat tersebut untuk acara selamatan (Tumpengan). Mengingat keyakinan masyarakat bahwa mbah ireng dan mbah putih ( sebutan untuk kedua harimau tersbut) adalah danyang dari desa Wringinpitu'.''
''Jumlah Dusun, RW/RT''''''
'Jumlah Nama Dusun : Ringinanom'
Ringinasri' Bayatrejo'
'Jumlah Dusun      : 3  (Tiga)'
'Jumlah Rt         : 57 (Lima Puluh Tujuh)'
'Jumlah Rw         : 11 (Sebelas)''''''''
''7. Desa Kedunggebang'''''
''Pada zaman dahulu sekitar tahun 1927 diwilayah Kabupaten Banyuwangi bagian selatan, tepatnya disebelah barat dataran tinggi semenanjung sembulungan dan sebelah barat teluk pang-pang terdapat dataran rendah yang diberi nama desa Kedunggebang. Asal nama Desa Kedunggebang dari kata Kedung artinya diwilayah Desa dulu ada telaga yang ditumbuhi tanaman gebang ( tanaman pamili pohon palem ).''
'      Desa Kedunggebang memiliki dua padukuhan yaitu kampung empat (4) dan kampung enam (6), pada ± tahun 1927 ada empat (4) orang antara lain: ''
1. Rono joyo2. 'Saodjoyo3Ranudjoyo4Roidjoyo.''' ''        Keempat orang tersebut berasal dari mataram Jawa Tengah, lalu membuka hutan sekitar tahun 1927 yang sampai dengan sekarang oleh orang dahulu dinamakan Desa Kedunggebang.''
'
Jumlah Dusun, RW/RT :''''''''
'Jumlah Nama Dusun  : Damtelu'
Krajan'
'Kedungsumur'
Jumlah Dusun      : 3  (Tiga)'
Jumlah Rt         : 48 (Empat Puluh Delapan)'
Jumlah Rw         : 6  (Enam)'

''''''''''
8.   Desa Purwoagung''''''
Asal usul nama Purwoagung konon sejarahnya diujung timur Desa Purwoagung ada tempat pedukuhan ± 65 Kepala Keluwarga yang diberi nama Paluagung yang berbatasan dengan perkebunan milik belanda yang dikenal orang dengan nama Erpa. Kedua wilayah tersebut dibatasi dengan Pal / Patok besar yang bernama kuning, jadi nama desa Purwoagung secara historis diambilkan dari salah satu wilayah / tempat yang berada di Desa Purwoagung.''
Desa Purwoagung merupakan penjelmaan atau pecahan dari Desa Purwoasri pada tanggal 4 Oktober 2001, yang diprakarsai oleh tokoh masarakat Desa yang disebut MLD.Pada waktu itu diketuai oleh seorang pemimpin yang bernama ABDULLAH MARJONO, BA. Nama purwoaggung secara historis diambil dari bahasa jawa kuno yakni Purwo danAgung.''''
Jumlah Dusun, RW/RT'''''''''''
Jumlah Nama Dusun  : Asembagus''
Gladakkembar'
Jumlah Dusun      : 2  (Dua)''
Jumlah Rt         : 28 (Dua Puluh Delapan)''
Jumlah Rw         : 5  (Lima)''
''''''''''''9.    Desa Kalipait'''''
''Pada zaman dahulu sekitar tahun 1935 diwilayah Kabupaten Banyuwangi bagian selatan, tepatnya disebelah barat dataran tinggi Gunung Lingga manis di wilayah taman Nasional Alaspurwo terdapat sebuah dataran yang banyak ditumbuhi pohon Kendal yang banyak dan kemudian diberi nama Desa 'Kendalrejo. ''
Desa Kendalrejo memiliki wilayah beberapa padukuhan, salah satunya adalah padukuhan yang bernama Dusun Kalipait. Konon padukuhan tersebut diberi nama Kalipait karena dahulu didaerah tersebut banyak mengalir sungai-sungai kecil yang airnya sangat asin sangat asinnya rasanya sampai pait, daerah tersebut suasananya sangat teduh serta asri sehingga nyaman untuk tempat beristirahat. Oleh penduduk setempat kemudian dinamakan Kalipait, berasal dari kata sungai yang airnya sangat asin karena sangat asin rasanya sampai pait.''
Dalam perkembangan selanjutnya Dusun Kalipait berkembang menjadi sebuah Desa  yang mandiri dan lepas dari Desa Kendalrejo. Pemecaha Desa Kendalrejo menjadi dua (2) Desa yaitu Desa Kendalrejo sebagai Desa induk dan Desa Kalipait sebagai Desa pecahannya  terjadi pada tanggal 21 Oktober 2001.''
'Jumlah Dusun, RW/RT :'''''''
''Jumlah Nama Dusun  : Purworejo''
Kutorejo'
Jumlah Dusun      : 2  (Dua)''
Jumlah Rt         : 38 (Tiga Puluh Delapan)''
Jumlah Rw         : 4  (Empat)''
'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''http://tegaldlimo351004.blogspot.com/

Tentang Tembokrejo muncar banyuwangi



Tembokrejo muncar banyuwangi

tulisan dalam posting ato entri kali ini. saya ambil dari meng kopas dari http://ely-anak-merana.blogspot.com/2009/01/tembokrejo.html

Diposkan oleh elyas on Kamis, 01 Januari 2009
Tembokrejo adalah sebuah desa di kecamatan MuncarKabupaten BanyuwangiJawa TimurIndonesia. saya lahir dan besar disini di jl untung suropati dusun palurejo desa tembokrejo tepatnya deket ama pura agung blambangan yang terletak di desa tembokrejo


Kecamatan Muncar
banyak bukti sejarah kerajaan blambangan di desaku ini
riwayat kerajaan Blambangan tetap misterius. Situs dan petilasan Blambangan banyak ditemukan di Kecamatan Muncar. Yang masih terlihat jelas bentuknya adalah situs Umpak Songo dan Setinggil di Desa Tembokrejo, MuncarUmpak Songo adalah tumpukan batu berlubang mirip penyangga tiang bangunan yang berjumlah sembilan. Umpak artinya tangga, songo berarti sembilan. Situs ini ditemukan pertama kali tahun 1916 oleh Mbah Nadi Gde, warga dari Bantul, Yogyakarta.
Pertama ditemukan kondisinya sudah tertimbun tanah dan hutan belantara. Begitu digali, ternyata mirip sebuah candi. Diyakini, Umpak Songo dahulunya adalah balai pertemuan bagi raja Blambangan bersama bawahannya.
Tahun 1938, seorang raja dari Solo, Mangku Bumi IX, mengunjungi tempat itu. Kemudian, tempat ini diberi nama Umpak Songo. Mangku Bumi sempat mengisahkan lokasi itu adalah bekas peninggalan kerajaan Blambangan dengan rajanya Minak Jinggo.
tembokrejo via satelite

View Larger Map

Di sekitar Umpak Songo banyak ditemukan saksi sejarah kebesaran Blambangan. Ada gumuk sepur, bukit yang memanjang. Konon ini adalah benteng raksasa kerajaan Blambangan. Akibat kurangnya pemahaman masyarakat, gumuk sepur dihancurkan dan lokasinya dijadikan lahan pertanian.
Umpak Songo adalah tumpukan batu berlubang mirip penyangga tiang bangunan yang berjumlah sembilan. Umpak artinya tangga, songo berarti sembilan. Situs ini ditemukan pertama kali tahun 1916 oleh Mbah Nadi Gde, warga dari Bantul, Yogyakarta.
Pertama ditemukan kondisinya sudah tertimbun tanah dan hutan belantara. Begitu digali, ternyata mirip sebuah candi. Diyakini, Umpak Songo dahulunya adalah balai pertemuan bagi raja Blambangan bersama bawahannya.Tahun 1938, seorang raja dari Solo, Mangku Bumi IX, mengunjungi tempat itu. Kemudian, tempat ini diberi nama Umpak Songo. Mangku Bumi sempat mengisahkan lokasi itu adalah bekas peninggalan kerajaan Blambangan dengan rajanya Minak Jinggo.
Di sekitar Umpak Songo banyak ditemukan saksi sejarah kebesaran Blambangan. Ada gumuk sepur, bukit yang memanjang. Konon ini adalah benteng raksasa kerajaan Blambangan. Akibat kurangnya pemahaman masyarakat, gumuk sepur dihancurkan dan lokasinya dijadikan lahan pertanian.
Tak jauh dari Umpak Songo, ada Umpak Lima. Konon, tempat ini adalah ruangan semadi raja-raja Blambangan. Bangunan ini kini sudah musnah. Warga meratakannya dengan tanah, lalu dibangun sebuah mushola. Warga yang bertempat tinggal di sekitar situs Umpak Songo adalah keluarga besar.
Jumlahnya 20 KK. Mereka keturunan Mbah Nadi Gde. Saat ini hanya tinggal Umpak Songo yang mash terlihat bentuknya. Itu pun kondisinya sudah memrihatinkan. Sejumlah batu dan benda-benda sejarah lainnya sudah hilang.
Meski sudah masuk cagar budaya, perhatian terhadap Umpak Songo, minim. Baru tahun ini, Pemkab Banyuwangi membuat tembok keliling di sekitar lokasi. Umpak Songo juga masih berstatus lahan milik pribadi.
“Ini adalah warisan nenek moyang, sesuai petuahnya, kami tidak boleh menjual,” kata Mbah Soimin (70), juru kunci Umpak Songo yang juga pemilik situs tersebut.
Bukti adanya bekas kerajaan cukup dirasakan warga di sekitar Umpak Songo. Zaman dahuu,banyak warga menemukan benda-benda sejarah ketika menggali tanah di sekitar lokasi, seperti genta kuningan dan berbagai perabot terbuat dari keramik Cina.
Juga pernah diemukan arca dan berbagai benda bertuah lainnya. “Tempat ini (sekitar Umpak Songo-red) adalah pusat kerajaan,” sambung Mbah Soimin. Satu lagi bukti sejarah yang masih terlihat adalah pohon pakis raksasa. Pohon ini tumbuh tepat di depan Umpak Songo. Umur pohon ini diyakini sudah ratusan tahun.
Meski berstatus milik pribadi, situs Umpak Songo tetap dibuka untuk umum. Kawasan ini menjadi jujukan warga untuk bersemadi sejak zaman dahulu. Biasanya mereka datang pada malam Sabtu Pahing. Kegiatannya, menggelar ritual tirakatan semalam suntuk.
Puncak keramaian Umpak Songo adalah hari raya Kuningan. Umat Hindu selalu antre bersembahyang di tempat ini. Hari biasa pun sejumlah pemedek dari Bali juga banyak mengalir. Situs Umpak Songo hanya berjarak satu kilometer arah timur Pura Agung Blambangan, pura terbesar di Banyuwangi.
Selain Umpak Songo, ada situs Setinggil di Dusun Kalimati, Muncar, sekitar 4 km arah timur Umpak Songo. Lokasinya persis menghadap pantai. Setinggil berasal dari dua kata, siti artinya tanah dan inggil berarti tinggi. Setinggil diartikan tanah yang menjulang tinggi mirip sebuah bukit.
Situs ini diyakini bekas menara pengintai kerajaan Blambangan. Lokasinya yang berdekatan laut cukup mudah mengawasi Selat Bali yang digunakan berlayar kapal-kapal perdagangan.
Kondisi Setinggil juga memrihatinkan. Di sekitar lokasi sudah diserbu perumahan warga yang penuh sesak. Yang tersisa hanya tanah seluas 200 m2 yang digunakan kantor Kepala Dusun Kalimati.
Di dekatnya dibangun balai kecil. Di tempat ini terdapat sebongkah batu besar. Batu ini diyakini bekas tempat duduk raja Blambangan, Minak Jinggo, ketika melakukan pengintaian kapal-kapal di Selat Bali yang akan mendarat.
Di atas batu besar ini terdapat bekas telapak kaki raja Minak Jinggo yang digambarkan bertubuh besar dan sakti. Sayangnya, batu ini sudah pecah dan bentuknya tidak beraturan lagi.
Setinggil juga dianggap sakral. Pada hari tertentu situs ini digunakan semadi para pengikut aliran kejawen. Saat hari raya Kuningan, umat Hindu juga banyak yang sembahyang di tempat ini. “Tetap terbuka untuk umum. Siapa pun boleh masuk,” kata Ahmad Slamet (60), juru kunci Setinggil yang juga Kepala Dusun Kalimati.
Di sekitar Setinggil banyak juga ditemukan bekas peninggalan sejarah Blambangan, seperti gumuk Klinting. Di tempat ini warga banyak menemukan genta terbuat dari tanah liat. Ada juga batu kereta yang berada di tengah laut. Batu berbentuk mirip kereta ini diyakini bekas tempat pelatihan perang tentara Blambangan.
Lokasinya sekitar 4 km dari bibir pantai.
Situs lainnya adalah Bale Kambang di Desa Blambangan, Muncar. Konon, tempat ini adalah tempat pertemuan rahasia raja Blambangan. Kini, Bale Kambang sudah tertimbun pepohonan.
Bentuknya menyerupai bukit yang menjulang tinggi. Di sekitarnya terlihat jelas tanah mendatar mirip bekas kolam. Bale kambang diartikan sebagai balai yang dibangun di atas air. Ada juga yang menyebut balai ini adalah kaputren permaisuri raja Blambangan.
Di sekitar Bale Kambang, terdapat sejumlah bukti sejarah yang menguatkan adanya bekas kerajaan besar. Tak jauh dari bale, ada sebuah tanah tinggi yang memanjang.
Bentuknya mirip bukit berbaris. Dipercaya, ini adalah tembok istana yang mengelilingi Bale Kambang. Tempat ini terbuat dari tumpukan batu cadas berukuran besar. Zaman dahulu kawasan ini banyak ditemukan tembok-tembok besar menjulang tinggi. Selanjutnya daerah ini dikenal dengan nama Tembokrejo.
Banyak lagi situs di sekitar Bale Kambang. Bentuknya menyerupai bukit dengan ditumpuki batu-batu alam. Kondisinya tak terawat. Di sekitar tempat ini hanyalah hamparan sawah yang luas.
Kendati tidak ada catatan sejarah, kebesaran Blambangan tetap diyakini masyarakat Jawa di sekitar lokasi.
Ini terlihat dari banyaknya nama-nama desa yang erat hubungannya dengan zaman keemasan Blambangan. Tak jauh dari situs Bale Kambang ada desa Blambangan.
Di sekitar situs Umpak Songo ada desa Tembokrejo. Ada pula daerah Palu Kuning yang diyakini bekas hilangnya senjata gada besi kuning milik Minak Jinggo. Juga ada Bukit Putri, Bukit Jadah, dan sejumlah situs lain yang tidak terawat.

Tentang Kabat Banyuwangi

Tulisan ini saya ambil dari wikipedia

Bentang alam dan budaya

Kecamatan Kabat merupakan salah satu kecamatan yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Kota Banyuwangi (Kecamatan Kota Banyuwangi). Maka dari itu sebagian wilayahnya seperti Desa Kalirejo dan Desa Dadapan merupakan wilayah penyangga Kota Banyuwangi. Kecamatan memiliki sebuah obyek wisata bernama Pemandian air terjun Antogan yang terletak di Desa Bunder[1].
Wilayah kecamatan ini didominasi oleh lahan pertanian yang tersebar di seluruh desa. Maka dari itu mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian. Tanaman yang ditanam penduduk adalah padikelapa, dan tanaman hortikultura lainnya. Beberapa desa seperti Desa KalirejoDesa PondoknongkoDesa Sukojati dan Desa Badean memiliki wilayah pesisir pantai dimana di wilayah tersebut ada warga yang berprofesi sebagai nelayan, pemilik tambak atau buruh tambak.
Dahulu, kecamatan ini dilewati oleh Jalur Kereta Api Kabat-Banyuwangi Lama dimana 2 dari 3 stasiun yang berada di jalur ini ada di Kecamatan Kabat. Dua stasiun ini adalahStasiun Kabat dan Stasiun Dadapan. Pada dekade 1990-an jalur kereta ini dinonaktifkan sehingga Stasiun Kabat kini hanya tinggal reruntuhan dan Stasiun Dadapan beralih fungsi sebagai rumah warga. Jalur kereta ini ditutup dikarenakan okupansi yang rendah dan letaknya yang sangat dekat dengan jalan raya. Selain itu di bekas bantaran rel terdapat pabrik-pabrik dan gudang-gudang industri seperti sebuah gudang milik PT Pusri yang menunjukkan peran penting dari kereta saat itu. Kini jalur kereta api yang melewati Kecamatan Kabat adalah Jalur kereta api Kalisat-Banyuwangi Baru. Dalam perjalanan menaiki kereta api dari Banyuwangi, kereta api akan melewati reuntuhan Stasiun Kabat.
Sebuah perguruan tinggi negeri terletak di kecamatan ini yakni, Politeknik Negeri Banyuwangi.[2] Selain itu terdapat dua Sekolah Menengah Pertama (SMP) yakni SMP Negeri 1 yang terletak di Desa Kedayunan dan SMP Negeri 2 yang terletak di Desa Macanputih. Sementara itu, di setiap desa rata-rata memiliki 3 Sekolah Dasar (SD).
Kecamatan Kabat memiliki situs sejarah yang tidak bisa dipisahkan dari keberadaan Banyuwangi. Dimana pada pertengahan abad ke 17, Prabu Tawangalun membangun Keraton(istana raja) di Desa Macanputih dan sebagian kecil Desa Gombolirang. Kini bangunan keraton tersebut hanya tinggal reruntuhan dan ditandai dengan sebuah monumen Tulien Ngetan, Ilingo Kawitane pada jalan masuk situs. Dari situs sejarah ini banyak ditemukan pecahan keramik dan terakota peninggalan Kerajaan Blambangan. Penemuan artefak-artefak ini disimpan di Museum Blambangan.

Tentang Rogojampi Banyuwangi

Tulisan ini saya ambil dari Wikipedia

Bentang alam dan budaya


Pasar Rogojampi

Terminal Kedatangan dan Keberangkatan Bandar Udara Blimbingsari.
Kecamatan Rogojampi adalah kecamatan yang didapuk menjadi pusat agribisnis di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini ditandai dengan banyaknya lahan pertanian di seantero kecamatan dan adanya kawasan agrowisata Alam Indah Lestari milik pengusaha lokal BanyuwangiMichael Edi Haryanto.[1][2] Kecamatan Rogojampi berbatasan dengan Selat Bali, maka dari itu wilayah ini memiliki banyak pantai. Pantai yang sering dikunjungi adalah Pantai Blimbingsari, ciri khas dari pantai ini adalah banyaknya warung ikan bakar di sepanjang pantai. Pengunjung juga dapat bersantai di anjungan yang dibangun dipinggir pantai.[3]
Kecamatan Rogojampi memiliki wilayah perkotaan yang cukup ramai. Hal ini dapat dilihat di sekitar kawasan Pasar Rogojampi yang rawan kemacetan. Di sekitar pasar inilah banyak di bangun kawasan pertokoan dan kantor cabang maupun kantor kas perbankan. Selain itu, terdapat jenis kuliner yang terkenal yaitu darplok, akronim dari dadar ceplok yaitu semacam martabak berbentuk telur mata sapi dengan ukuran yang lebih besar, didalamnya dicampur dengan bihun dan dimakan menggunakan saus campuran petis dan cabai sehingga rasanya sangat pedas. Darplok ini dapat ditemui di belakang Pasar Rogojampi dan di dekat kantor Radio Sritanjung.[4]
Kecamatan Rogojampi memiliki sebuah terminal bus yang menjadi tempat pemberhentian bus-bus yang akan menuju ke atau keluar dariKota Banyuwangi. Bagi yang ingin bepergian dengan kereta api, dapat menuju ke Stasiun Rogojampi. Di Stasiun Rogojampi ini, berhenti kereta api PandanwangiProbowangiTawang AlunSritanjung dan Kereta api Mutiara Timur.. Selain itu, wilayah kecamatan ini menjadi begitu penting karena adanya Bandar Udara Blimbingsari yang menjadi gerbang bagi para wisatawan dan pengusaha yang akan datang ke Banyuwangi. Bandar Udara Blimbingsari semakin ramai dengan adanya aktifitas pelatihan penerbangan dari Bali Internatonal Flight Academy (BIFA)[5] dan Sekolah Pilot Negeri (SPN) Banyuwangi.

Minggu, 17 Agustus 2014

Tentang Pesanggaran, Banyuwangi

Oke baiklah ini dia hasil browsingku dari mozila firefox. ujung ujungnya apa yang ada di blogku ini refrensinya hasil copas dari wikipedia oke  baiklah saya mau menyimak sendiri di blog pribadiku ini. saya juga gak yakin ada orang selain saya yang menyimak copasanku ini.

Bentang Alam dan Budaya

Kecamatan Pesanggaran adalah salah satu kecamatan di Banyuwangi yang memiliki luas paling luas (selain Kecamatan Tegaldlimo). Wilayahnya terdiri dari hutan tropis di utara dan pesisir pantai di selatan. Di Kecamatan Pesanggaran banyak terdapat gunung-gunung dengan dengan ketinggian yang tidak terlalu tinggi seperti Gunung Tumpangpitu (489 meter), Gunung Lampon (180 meter), Gunung Tembakur (458 meter), Gunung Gendong (893 meter), Gunung Sumbadadung (520 meter) dan Gunung Permisan (587 meter).[2] Selain itu di Kecamatan Pesanggaran juga banyak terdapat pantai, sebagian diantaranya adalah objek wisata yang dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara seperti Teluk Hijau, Pantai Sukamade, Pantai Rajegwesi, Pulau Merah, Pantai Pancer dan Pantai Lampon. Kecamatan Pesanggaran juga menjadi tempat wilayah konservasi Taman Nasional Meru Betiri yang melindungi spesies penyu hijau dan banteng jawa.
Pemukiman penduduk terletak di sepanjang jalan utama pedesaan. Titik keramaian di Kecamatan Pesanggaran selalu berada di daerah yang dekat dengan pasar. Seperti di Desa Sanggar, di dekat pasar terdapat sebuah terminal bus bayangan (jurusan Jajag, Kota Banyuwangi dan Situbondo), kompleks pertokoan dan gedung-gedung perbankan baik bank umum maupun bank perkreditan rakyat. Begitu juga di desa-desa lainnya seperti Desa Desa Sumberagung dan Desa Sarongan pasar menjadi semacam "center of universe" dan titik paling ramai aktifitas.
Lahan pertanian di Kecamatan Pesanggaran cukup luas dan didukung dengan fasilitas irigasi yang memadai. Fasilitas irigasi ini berupa kanal-kanal yang dibangun di tepi jalan utama desa, yang bermuara ke Sungai Kali Baru. Kanal-kanal ini dapat dilihat di Desa Sumbermulyo. Kegiatan pertanian ini dilakukan di lahan dengan ketinggian bervariasi. Di Desa Sarongan bertani dilakukan sampai ke kaki gunung, dimana kawasan pertanian tersebut disebut "Babatan". Di dekat kawasan babatan tersebut terdapat kampung kecil bernama Kampung Lor Kebon. Selain itu di Kecamatan Pesanggaran juga terdapat beberapa perkebunan seperti Perkebunan Sungai Lembu[3], Perkebunan Sumberjambe[4] dan Perkebunan Sukamade[5].

Sosial Kemasyarakatan

Aktifitas nderes
Mayoritas penduduk Kecamatan Pesanggaran adalah suku jawa, yang oleh warga Banyuwangi yang lain disebut "Orang Mentaraman" (Kerajaan Mataram) karena dahulu Banyuwangi (Blambangan) pernah di kuasai oleh Kerajaan Mataram. Di kawasan perkebunan seperti Sungai Lembu atau Sukamade juga terdapat beberapa orang dari suku Madura.
Jumlah warga yang beragama Islam dan Kristen Protestan dapat dikatakan seimbang, hal ini dapat ditandai dengan banyaknya masjid dan gereja yang banyak ditemui di wilayah ini. Selain Islam dan Kristen Protestan, ada juga warga yang beragama Hindu dan Buddha dimana keberadaan wihara di Kecamatan ini jumlahnya sedikit banyak dari wilayah manapun di Kabupaten Banyuwangi.[6]
Bertani menjadi mata pencaharian paling banyak dijalani oleh penduduk Kecamatan Pesanggaran. Jenis tanaman yang ditanam adalah jenis tanaman buah-buahan, sayuran atau padi. Di desa seperti Sarongan dan Kandangan selain tanaman buah-buahan seperti melon, jeruk atau durian, banyak lahan yang ditanami kelapa yang nantinya akan diambil sarinya yang merupakan bahan baku pembuatan gula jawa. Aktifitas mengambil sari kelapa ini disebut "nderes", dimana hal ini kadangan menjadi tontonan atraksi bagi wisatawan yang berkunjung ke wilayah ini karena dalam kegiatan ini seseorang harus memanjat pohon kelapa yang tinggi dengan bertelanjang dada dan memakai celana pendek seadanya dengan parang atau sabit dipinggang dan wadah yang diikat dengan tali ke celana dan dibiarkan menggantung, lalu menyadap "manggar" (bakal buah kelapa) yang mengeluarkan sari. Lalu manggar tadi diiris hingga keluar air sari kelapanya. Wadah yang dibawa tadi kemuadian diikatkan ke manggar untuk menampung air sari kelapa. Peletakkan wadah ini biasanya dilakukan pada pagi hari dan pada sore harinya, wadah tersebut diambil kembali untuk diangkut ke tempat pemasakan sari kelapa yang nantinya akan jadi gula jawa. Dalam satu hari seorang "penderes" (pemanjat pohon kelapa) dapat memanjat sebanyak 45 pohon kelapa.[7][8] Selain bertani, banyak penduduk yang bekerja sebagai nelayan. Nelayan dapat ditemui di pantai seperti Pantai Pancer, dan Pantai Rajegwesi. Kapal-kapal nelayan tradisional berwarna-warni berjejeran di sepanjang garis pantai.[8]
Selain itu ada juga penduduk Kecamatan Pesanggaran yang menjadi pedagang, pengusaha atau tenaga kerja Indonesia (TKI) di negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam atau Hongkong.[9] Hal ini berdampak pada anak-anak TKI yang kurang pengawasan karena ditinggal orang tua atau kerabatnya pergi ke luar negeri. Kurangnya pengawasan ini menyebabkan para anak melakukan perilaku menyimpang. Maka dari itu di Kecamatan Pesanggaran, tingkat kejadian kriminal yang dilakukan oleh remaja cukup tinggi.

Tentang Jajag, Gambiran, Banyuwangi

Lagi lagi saya copas dari wikipedia dikarenakan otak saya memang buntu. jadi saya ingin menambah pengetahuanku dalam blog pribadiku ini sukur sukur ada orang lain yang mengunjungi blogku ini. tidak ada yang mengunjungi blogku selain saya juga tidak apa apa. baiklah ini copasanya dari wikipedia.
Jajag adalah sebuah nama kerajaan di wilayah Gambiran, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Kerajaan Jajag terletak di antara desa kecil/kota kecamatan Gambiran yang dilewati jalur Jawa poros tengah dari Banyuwangi menyambung menuju ke kabupaten Jember dan seterusnya.Bus - Bus antar kota yang menghubungan kota kota lain di jawa timur melewati kota ini. Jajag juga jalan pintas menuju Sukomade, tempat penangkaran Penyu di pesisir Laut Selatan, dan juga jalan pintas ke daerah Alas Purwo di mana Plengkung(G LAND)tempat selancar air berada. Terdapat beberapa pengipan kecil dan hotel untuk singgah, sebelum meneruskan perjalanan di lokasi lokasi tersebut.
Tidak terdapat tempat tempat yang sangat atraktif di kerajaan ini, tetapi pungunjung bisa mendapatkan berbagai kebutuhan sebelum menuju ke daerah daerah bagian selatan Banyuwangi. Warung makanan juga gampang di temui di sini, menyajikan makanan tradisional jawa ataupun chinese.
Jajag merupakan kerajaan strategis di wilayah Banyuwangi Selatan, yang menjadi tumpuan ke desa desa kecil lainya di daerah ini. Hasil pertanian di perdagangkan di kota ini. Terdapat Pasar Jajag yang buka setiap hari dan juga toko - toko yang menjual kebutuhan sehari - hari, pakaian dan juga elektronik. Jajag juga merupakan sentra peternakan burung Walet di Kab. Banyuwangi.
Di wilayah jajag terdapat berbagai macam sekolah dari TK/PAUD sampai dengan SMA. Salah satu sekolah vokasi (kejuruan) yaitu SMK Muhammadiyah 9 Gambiran yang berdekatan dengan Kantor Kecamatan Gambiran dan RS Al Rohmah Jajag.
Saat ini Kingdom of Jajag dipimpin oleh Sri Paduka Yang Mulia Ratu Felicya Go.
Dalam segi olah raga, setiap tahun diadakan kejuaraan tennis indoor "Jajag Open" dimana Sri Paduka Yang Mulia Ratu Felicya Go telah menjadi juaranya sejak pertama kali diadakan pada tahun 1989.
Dimulai tahun 2014 ini, pihak kerajaan mulai lebih terbuka terhadap rakyatnya dengan mulai dibukanya Istana Go dan juga The Holy Tennis Indoor Stadium of Jajag dimana memorabilia pertandingan tenis Sri Paduka Yang Mulia Ratu Felicya Go tipertunjukkan.

Tentang Jambewangi,Sempu,Banyuwangi

Ini dia asal usul Penamaan Jambewangi,Sempu yang juga saya copas dari wikipedia. kenapa dalam blog saya mayoritas mengambil sumber dari wikipedia? karena wikipedia ke akuratan datanya dan kebenaranya tidak dapat diragukan, baiklah bagi yang minat baca sejarah penamaan Jambewangi,Sempu. langsung dibaca saja nih.
Pada zaman duhulu sekitar tahun 1930 di Wilayah Kabupaten Banyuwangi bagian barat tepatnya di lereng kaki Gunung Raung sebelah selatan ada sebuah daerah subur yang diberi nama Desa Jambewangi.
Konon nama "Jambewangi" sebelumnya adalah nama sebuah Dusun yang masuk wilayah Desa Sempu, sedangkan nama asal usul "Jambewangi" diambil dari nama Desa asal para pendatang yang pertama kali membuka hutan (babat) di daerah itu untuk kemudian dijadikan sebagai lahan pertanian dan pemukiman atau dusun, adapun daerah asal pendatang tersebut adalah Desa Jambewangi, Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar, Proponsi Jawa Timur. Pemberian nama yang sama dengan nama desa asal para pendatang bertujuan agar mereka bisa krasan tinggal di daerah baru tersebut.
Penyebutan "Jambewangi" menjadi nama sebuah Desa berawal ketika Desa Sempu dipecah menjadi dua Desa, dimana Desa pecahannya yang meliputi Dusun Jambewangi, Dusun Tlogosari, Dusun Parastembok, Dusun Panjen dan Dusun Sumberjo memiliki Kepala Desa pertama yang berasal dari Dusun Jambewangi yaitu Bapak Djojo Redjo. Karena Bapak Djojo Redjo berasal dari Dusun Jambewangi, maka masyarakat seringkali menyebut Kades Djojo Redjo dengan sebutan "Lurah Jambewangi", sehingga kemudian sebutan Lurah Jambewangi menjadi akrab di telinga masyarakat dan selanjutnya nama "Jambewangi" digunakan pula untuk menyebut nama desa pecahan dari Desa Sempu tersebut yaitu Desa Jambewangi.
Lambat laun Desa Jambewangi yang pada saat itu masih jarang Penduduknya kemudian menjadi sebuah Desa yang cukup padat Penduduknya hingga kini, terlebih setelah bertahun-tahun sesudahnya banyak berdatangan para pendatang baru terutama yang berasal dari wilayah Jawa Timur bagian Barat seperti Blitar, Ponorogo, Kediri, Malang dan Jember serta dari Wilayah Jawa Tengah seperti Solo dan Jogyakarta ke Desa Jambewangi untuk bertani dengan membuka kembali kawasan hutan di sekitarnya. Dengan demikian, karena mayoritas penduduk Desa Jambewangi banyak berasal dari suku Jawa maka bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Jawa. Demikian asal usul Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi, yang bisa digali melalui para sesepuh Desa Jambewangi yang masih hidup dan para tokoh Masyarakat Desa Jambewangi.

Tentang Kecamatan Genteng

Kali ini saya akan menceritakan asal usul kecamatan GENTENG. tulisan berikut ini bukan saya sendiri yang menuliskan dikarenakan saya tidak pernah menau asal usul genteng dan juga tidak pernah mendapatkan cerita dari teman-temanku yang tinggal di daerah genteng. baiklah langsung saja saya copas kan dari wikipedia.
Ada dua versi yang berkembang dalam penamaan Kecamatan Genteng. Versi pertama menyebutkan bahwa nama Genteng sendiri berasal dari kata Ganteng yang dulu nama dari seorang Pangeran atau tokoh terkemuka di wilayah itu. Dari cerita yang berkembang, Pangeran Ganteng ini merupakan sosok pahlawan yang gigih mengajak masyarakat berperang melawan Kompeni pada zaman penjajahan. Gugur dalam suatu perperangan, pengikutnya lantas memakamkan tokoh ini sebuah wilayah yang sekarang dikenal sebagai Dusun Krajan yang berada di Desa Genteng Wetan dan hingga sekarang masih bisa ditemui. Karena pengucapannya, akhirnya kata Ganteng yang merujuk pada sang Pangeran akhirnya menjadi Genteng dan dipergunakan hingga sekarang menjadi nama kota.
Versi kedua menyebutkan bahwa nama Genteng dihubungkan dengan keberadaan sentra industri genting di daerah tersebut di masa lalu. Bahkan sampai tahun 80an industri genting ini masih ada dan memiliki pasar di lingkup lokal dan kota – kota lain, dan salah satu pabrik besar yang saat ini masih bisa dilihat walaupun hanya reruntuhan bangunannya adalah Pabrik Genteng Karang Pilang yang letaknya di Jl. KH. Hasyim Asy'ari tepatnya di RW. 12 Dusun Krajan.

Sabtu, 16 Agustus 2014

Tentang Glenmore Banyuwangi

Saya akan mengawali tulisanku dengan membahas tentang desa kelahiranku. saya akan bercerita sedikit tentang apa yang saya ketahui tentang kecamatan GLENMORE. baiklah sebenarnya ini tidak terlalu unik untuk saya bahas tetapi ini cukup membuat saya penasaran. kenapa kecamatan ini di kasih nama glenmore? agak susah menjawabnya. konon katanya dulu ada seseorang warga skotlandia yg mempunyai perkebunan tembakau yang sangat besar sehingga nama kecamatan ini terdengar seperti nama kota-kota yang ada di eropa sana. tetapi ada cerita lain yang mengatakan bahwa nama glenmore ini meniru dari sebuah kota Nova Scotia yaitu sebuah kota yang ada di negara kanada. wah kok bisa ea? saya juga bingung padahal bangsa indonesia ini tidak pernah di jajah oleh negara skotlandia maupun kanada. anehnya lagi menurut cerita nenek saya bahwa Glenmore ini dahulunya tanahnya dikuasai oleh orang belanda yang bernama (Tuan Porten). nahh disini letak kebingungan saya dalam mencari asal usul nama glenmore ini. saya dari kecil tinggal disini tidak ada yang bisa menjelaskan asal usul nama glenmore ini. dikarenakan tidak ada catatan sejarah satupun yang tertinggal hanya saja disini ada peninggalan rumah-rumah belanda yang cukup banyak dan juga peninggalan berupa kereta api yang mana kereta api tersebut sekarang di pajang di jalan dekat pabrik perkebunan yang ada di glenmore.menariknya lagi di glenmore ini dataran ato tanahnya tidak rata. saya juga pernah mendengar asal usul nama glenmore menurut guru Smp saya dulu. guruku mengatakan bahwa nama glenmore itu diambil dari bahasa belanda yang berarti berbukit-bukit. sebenarnya ini cukup masuk akal karena di glenmore banyak sekali bukit-bukit. yahh mungkin cuman secuil pengetahuanku tentang kelahiranku ini. saya sampai sekarang masih mencari-cari. yasudah cukup segini saya bercerita tetapi sebelumnya saya mohon maap dikarenakan tulisanku dalam kalimat-kalimatku ini tidak rapi dan mungkin sulit dimengerti. semoga yang membaca memaklumi kebodohanku ini dan semoga bermanfaat bagi kalian yang baca. yaahh meskipun saya yakin kalimat-kalimatku ini tidak ada manfaatnya sama sekali bagi pembaca. ehehe